Barbie ini punya sejarah lucu. Lucu karena sebenarnya saya enggak suka Barbie dan enggak pernah punya niat beliin Luna Barbie. Apalagi anak tomboi begini, ngapain sih dibeliin boneka girly macam Barbie. Eh, malah kebeli juga deh Barbie ini gara-gara suatu peristiwa.
Rentetan ceritanya panjang, dan semoga nggak membosankan.
Jadi, awal Oktober kemarin pulang jemput Luna dari daycare, kami berduaan belanja ke supermarket. Pas troli ngelewatin makanan laut, saya langsung naksir kakap fillet-nya. Enak kayaknya dibuat fish and chips ala-ala. Tinggal tambah beli kentang beku dan selada segar.
Paginya, kakap dicuci dan digoreng crispypakai tepung dan langsung disuapin ke Luna pakai nasi kecap. Berhubung sudah lama enggak ngasih ikan kakap ke Luna, jadi enggak berharap dia bakal lahap. Eh, kok ternyata dia suka. Akhirnya suapan nasi kakap itu terus masuk ke mulutnya.
Sehari esoknya, tiba-tiba muncul nanah kecil-kecil di hidungnya. Berhubung Luna gampang keringetan, jadi saya mengira ini adalah biang keringat. Bukannya diobatin pake salep, saya justru memberinya bedak. Karena biang keringatnya selama ini pasti sembuh setelah dibedakin.
Tapi kok sudah dua hari terlewat, malah nanahnya bertambah di deket bibir. Wah.. kayaknya suspek dia alergi ikan kakap nih. Meski sebelumnya pernah makan ikan kakap dan tidak ada masalah, tapi namanya alergi itu bisa macam-macam. Bisa jadi karena saya mengolahnya kurang bersih, sumber ikan kakapnya dari laut yang berbeda, ditambah daya tahan tubuhnya mungkin sedang menurun. Perpaduan semuanya emang bisa bikin reaksi yang berbeda.
Sempet sebelumnya saya konsultasi sama bu apoteker, Dian Farida Ismyama (visither blog: www.ismyama.com), tapi kemudian malemnya langsung Luna saya bawa ke dr. Evi Artsini saja biar bisa dilihat secara langsung.
Oleh dr. Evi, Luna diberi 2 macam obat. Obat salep dan obat racikan antibiotik. Kata dr. Evi, antibiotiknya buat menghindari infeksi. Apalagi udah bernanah dan deket bibir pula. Kadang, kalo gatel anak bisa jilatin bisul nanahnya itu sendiri.
Eh, baru sehari diminumin obat, malemnya Luna ngeluh sakit perut. Tidur malamnya gelisah dan paginya demam tinggi serta muntah-muntah. Berhubung saya punya riwayat maag dan alergi obat tertentu. Jadi mikir, jangan-jangan Luna juga ya.. Saya coba menghentikan pemberian obat antibiotiknya dan bener kan.. Perutnya sudah enggak sakit lagi, enggak muntah, dan demamnya reda.
Akhirnya Luna cuma diobatin salep itu doang. Sampe akhirnya nanah di hidung itu pecah sendiri, dan dilap dengan tisu bersih.
Dan karena dia ini perempuan, enggak salah dong kalo saya konsen banget sama mukanya. Jangan sampe deh ada bekas luka di wajah. Tapi gara-gara itu, saya jadi cuek sama bisul di leher dan dadanya.
Iya, ternyata bisul akibat alergi ikan kakap itu juga ada di leher dan dadanya. Saat semua bisul di hidung, bibir, dan leher pecah serta sembuh sendiri satu per satu. Bisul di dada justru makin bengkak dan membesar hingga berdiameter sekitar 3 centi.Letak mata bisulnya ada di dalam jaringan kulit yang bikin susah pecah.
Tiap malam Luna tidur gelisah. Tangan kirinya susah diangkat tinggi dan badannya demam lagi. Diobatin pake salep yang sama kok enggak berkurang. Cuma paracetamol yang bisa meredakan nyerinya, tapi tidak mengurangi bengkaknya. Bisul itu tetap bengkak besar berwarna merah kebiruan.
Esoknya kami kembali ke dr. Evi Artsini, dan dia merujuk dokter kulit karena bisul ini sudah meradang dan menjadi abses. Sambil dokter itu berpesan, sementara stop makan telur ya.. Apalagi kuningnya.
Sebelum ke rujukan dokter kulit, biasalah.. ibu-ibu zaman sekarang, pasti googling dulu. Cari cerita pengalaman serupa dan ngintip gimana penanganannya. Biar siap mental.. Meski bukannya makin siap, karena cerita-cerita yang ada di internet itu kan belum tentu valid, bisa nakut-nakutin, atau malah ujung-ujungnya jualan obat alternatif.
Tapi saya kemarin baca satu kasus serupa di Alodokter.com. Dan untuk startup yang satu ini, saya bisa percaya. Sumbernya valid langsung asli dari dokter ahli.Dan benar kan, penjelasan yang ditulis oleh dokter di Alodokter.com itu sama persis dengan tindakan yang dilakukan oleh dokter kulit di RS UGM.
dr. Nurwestu langsung mengambil tindakan dengan mengambil cairan nanah di benjolan itu. Kalau benjolannya masih keras, akan diberi salep saja biar lunak dulu. Tapi kalau benjolannya sudah lunak, dia akan sedot cairannya pake suntikan. Untungnya benjolan bisul Luna sudah lunak, sehingga bisa diambil tindakan hari itu juga.
Dasar ibuknya Luna ini takut donor darah. Saya juga takut liat Luna disedot pake suntikan begitu. Berkali-kali saya tanya ke dr. Nurwestu, “Nanti dibius kan?”, “Prosedurnya gimana?”, “Sakit nggak ya kira2.”
Sebelum eksekusi itu dilakukan, ada jeda sekitar 30 menit untuk menunggu salep yang dioleskan meresap dulu. Dan selama itu Luna deg-degan setengah mati. Dia terus memeluk dan tiduran di dada saya yang juga deg-degan.
Biar dia enggak syok, sebelumnya kami memberi tahu bahwa nanti benjolan bisulnya mau disuntik trus disedot. Kalau sakit, ditahan ya..
Makin kejerlah nangisnya. “Enggak mau disuntikk… mau sekolah aja. Huaaa…”
Lalu gimana dia diemnya?
Setelah diputerin Youtube dan dijanjiin, sepulang dari RS nanti dibeliin mainan. Iseng saya kasih dia pilihan, mau mainan Barbie atau Kasir-kasiran. Berharapnya sih, dia minta Kasir-kasiran. Tapi akhirnya dompet saya terselamatkanjuga gara-gara dia milih Barbie. Ternyata kasir-kasiran harganya mahal ya.. Dan ini cuma barbie abal-abal, yang harganya 17 ribu doang.
Ah, mainan murah gini udah bikin anak seneng kok.. Bisa bikin dia ceria, dan melupakan bahwa sebelumnya dia habis dieksekusi bu dokter, 2 perawat, dan 1 koas.
Nanah bisul yang ada di dadanya disedot banyak sekali, 5 cc atau 1 ampul suntikan penuh. dr. Nurwestu mengambil nanahnya dengan sekuat tenaga. Katanya, “Meski warnanya merah, tapi ini nanah yang kecampur darah. Kalau darah aja, enggak akan seberat ini. Tapi ini nanah yang kental.”
Setelah ambil sebanyak itu aja masih ada sisa nanah di dada Luna dan menyisakan benjolan. Masih sakit, tapi sudah lebih berkurang. Bisa jadi kalau nanah diambil lagi, dapetnya 5 cc lagi.
Sekarang, bisul nanah itu sudah kempes. Sehari setelah disedot di RS, nanahnya keluar sendiri di rumah. Akhirnya, mamak yang takut suntikan ambil darah ini eksekusi sendiri benjolan bisul anaknya. Karena pada prinsipnya, bisul itu memang harus dikeluarkan. Seperti perasaan kita pada seseorang. Kalau didiamkan bisa meradang dan jadi abses. Sakitt…
Seminggu setelah eksekusi penyedotan nanah, Luna kontrol lagi. Hasil lab keluar dan benar bahwa benjolan itu adalah akibat bakteri Staphylococcus aureus. Sebenarnya bakteri ini normal ada di tubuh manusia. Tapi, kalau sampai masuk ke folikel melalui luka, bisa bikin bisul segede gini deh..
Sekarang, Luna tinggal melakukan pengobatan luar saja. Tetap memberinya salep supaya bekas luka di dalam lapisan kulit itu tidak jadi keloid dan supaya kulitnya dia tetep mulus bersih. Dia juga tetap menghindari konsumsi ikan kakap dan ikan laut lainnya. Tapi kalau telur, sudah boleh dikasih sedikit-sedikit setelah nanti luka di kulitnya benar-benar sembuh sempurna.
Dan Barbie ini sekarang jadi kesayangan Luna. Tiap mau diobatin, dia bakal bilang, “Sama Barbie..” Mau makan pun dia selalu minta Barbie untuk ikut disuapin.
Kesimpulannya, Barbie lebih bisa menenangkan hatinya ketimbang ibunya yang gampang panik dan cemas berlebihan ini.
Terima kasih Barbie. Meski kamu murah dan bukan Barbie asli, tapi kamu tetap disayang.
mudah mudaha segera sebuh seperti sedia kala dan bahagia bersama orang-orang sekitar. Salam buat Luna 🙂